Minggu, 12 April 2020

PENCAK SILAT

Sejak abad ke-7 bangsa Indonesia telah mengenal pencak silat dan merupakan hasil budaya Indonesia sendiri (rumpun melayu). Pembentukan IPSSI (Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia) yaitu pada tanggal di Surakarta. Selanjutnya di tahun 1950 IPSSI diubah menjadi IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia). Pada tahun 1973 secara resmi pencak silat mulai dipertandingkan pada PON VIII di Jakarta. Pada tanggal 11 Maret 1980 dibentuk PERSLAT (Persekutuan Pencak Silat Antarbangsa).
Oleh karena pencak silat adalah salah satu cabang bela diri yang lebih mengedepankan nilai seninya, maka di dalam penyebutan sehari-hari juga dikenal dengan nama seni bela diri pencak silat.
Karena manusia memiliki akal budi dan daya pikir dan diberi jasmani yang sempurna dalam rangka untuk mempertahankan diri, terciptalah cara atau sistem bela diri khas Indonesia yang disebut silat.

Daftar Isi

1. Prinsip-prinsip Bela Diri Pencak Silat
2. Fungsi Pencak Silat
4. Aturan pencak silat
pencak silat

Prinsip-prinsip Bela Diri Pencak Silat


a. Prinsip-prinsip bela diri pencak silat

Prinsip-prinsip bela diri pencak silat adalah: 1). Seorang pesilat tidak perkenankan berbuat hal-hal yang bisa mencelakai diri sendiri. 2). Tidak boleh memancing kericuhan. 3). Pembelaan diri merupakan suatu prinsip utama dalam pencak silat. 4). Seorang pesilat tidak mencari musuh.

b. Sifat-sifat seorang pesilat

Sifat yang harus ditanamkan dalam diri bagi pesilat adalah: 1). Harus menggunakan kepandaian yang dimiliki untuk menolong orang. 2). Tidak boleh menonjolkan diri atau sombong, terlebih-lebih untk perbuatan yang sewenang-wenang. 3). Tidak boleh mencari musuh atau memiliki musuh. 4. Tidak boleh menyerang terlebih dahulu, bahkan harus menghindari terjadinya bentrokan atau perselisihan dari kemungkinan adanya kesalahpahaman.

c. Sikap seorang pesilat menghadapi perselisihan

Sikap yang harus dilakukan bagi seorang pesilat dalam menghadapi perselisihan adalah: 1). Pantang surut atau menyerah. 2). Tetap berusaha mengelak. 3). Apabila terpaksa, baru menangkis. 4). Apabila tidak sempat melakukan tangkisan, harus membuang kekuatan lawannya dengan cara mengikuti arah geraknya, sehingga apabila mengenai tidak terasa sakit. 5). Tidak boleh adu tenaga, baik itu jasmaniah ataupun tenaga rohaniah secara kasar.

Fungsi Pencak Silat


a. Fungsi pencak silat untuk seni

Pencak silat jika dilihat dari sudut pandang seni harus memiliki keselarasan dan juga keseimbangan antara wirama, wirasa, dan wiraga, atau keserasian irama, penyajian teknik, dan penghayatan.  Penekanan dan dominasi seni pencak silat  bisa diletakkan pada: 1). gerak bela diri yang diperhalus dan diperindah; 2). gerak tari dengan motif - motif bela diri pencak silat; 3). gerak tari yg diwarnai gerak pencak silat sekadarnya sbg situasi saja; 4). gerak perpaduan yg seimbang dan selaras antara tari dengan bela diri.

b. Fungsi pencak silat untuk bela diri

Fungsi pencak silat untuk bela diri adalah sesuai dengan ciri - ciri umum pencak silat Indonesia, antara lain: 1). Pencak silat menggunakan semua bagian anggota tubuh dari ujung jari tangan, kaki hingga kepala. 2). Pencak silat bisa dilakukan dengan tangan kosong dan juga menggunakan senjata. 3). Pencak silat tidak membutuhkan senjata tertentu. Benda apapun bisa dipakai sebagai senjata (sapu tangan, tas, payung, ikat pinggang, dan lain-lain).

c. Fungsi pencak silat untuk pendidikan

Hasil akhir dari pengajaran pencak silat adalah kemampuan, keterampilan, dan juga kemantapan dalam usaha mempertahankan dan membela diri terhadap semua ancaman, bahaya baik yang berasal dari dalam maupun dari luar, serta untuk menjamin keselarasan dengan alam sekitarnya.

Supaya bisa menguasai secara baik pencak silat, teman-teman harus menguasai dulu teknik - teknik dasar pencak silat. Olehkarenya, teman -teman bisa melakukan berbagai variasi dan kombinasi dalam melakukan serangan ataupun melakukan pembelaan diri.

Teknik dasar pencak silat


1. Pukulan

Pengertian pukulan pada pencak silat yaitu berbagai macam teknik serangan yang dilakukan dengan memakai tangan kosong sebagai komponennya. Pada dasarnya semua teknik pukulan yang adal dalam pencak silat (dalam bentuk apapun) boleh dipakai untuk menyerang bagian-bagian tubuh lawan yang disahkan untuk diserang dalam upaya mendapatkan angka. Dalam prakteknya, meskipun banyak teknik pukulan yang terdapat dalam pencak silat namun tidak seluruhnya bisa digunakan.

Dalam pertandingan pencak silat, teknik pukulan yang biasa dipakai/ dipergunakan yaitu pukulan depan, pukulan sangkal/bandul, dan pukulan samping, serta pukulan melingkar.

a). Pukulan depan
Yaitu pukulan yang mana pukulan tersebut dilakukan dengan arah lintasan lurus ke depan. Supaya bisa mendapatkan hasil yang optimal bisa dilakukan dengan cara dibantu oleh pergerakan bahu dan putaran pinggang yang mendukung untuk pemindahan berat badan ke bagian depan tangan yang menyerang. Pada pukulan depan bisa dilakukan dengan dua sikap tubuh yang berbeda, antara lain pukulan depan dengan posisi tangan yang dipakai untuk menyerang sejajar dengan posisi kaki yang berada di depan (jab), dan pukulan depan dgn posisi dari tangan yang tidak sejajar dengan kaki depan.

b). Pukulan sangkal/bandul
Yaitu pukulan yang mana pukulan tersebut dilakukan dengan posisi tangan ditekuk (± 90°). Lintasan pukulan yaitu tangan diayun dari bawah ke atas. Pukulan sangkal/ bandul dapat dilaksanakan/dilakukan dengan posisi kaki yang bermacam - macam, baik itu dengan posisi kaki depan sejajar dengan tangan yang dipakai untuk menyerang ataupun tidak.

c). Pukulan lingkar
Yaitu pukulan yang dilaksanakan dengan arah lintasan pukulan dari arah samping luar tubuh pesilat mengarah ke dalam tubuh pesilat. Supaya hasinya bisa optimal maka harus didukung dengan pergerakan bahu dan pinggang yang searah dengan arah pukulan. Hal tersebut akan menjadikan bobot pukulan menjadi bertambah dengan adanya dorongan berat badan pesilat ke tangannya.

d). Pukulan samping
Perkenaan dari teknik pukulan samping ini yaitu punggung tangan. Adapun arah lintasannya yaitu dari samping dalam tubuh pesilat menuju ke arah luar tubuh pesilat.

2. Tendangan

Teknik dan taktik serangan yang dipakai dalam jarak jangkau jauh dan sedang yaitu tendangan yang mana tendangan memakai tungkai sebagai komponen penyerangan. Pada olahraga pencak silat, teknik tendangan yang masuk ke sasaran akan memperoleh skor/nilai 2. Pada prinsipnya teknik-teknik tendangan bisa dipakai untuk menyerang dalam pertandingan olahraga pencak silat. Akan tetapi, seperti halnya pada pukulan, tidak seluruh teknik tendangan digunakan. Teknik tendangan yang dipakai pada pertandingan pencak silat yaitu tendangan lurus, sabit, ”T”, belakang, jejag, dan juga teknik tendangan gajul.

a. Tendangan lurus
Merupakan tendangan yang dilaksanakan dengan arah lintasan lurus ke depan. Untuk perkenaannya pada pangkal jari-jari kaki. Variasi pada tendangan lurus antara lain dengan lompatan.

b. Tendangan sabit
Merupakan tendangan yang dilaksanakan dengan arah lintasan dari samping  melengkung seperti sabit/arit. Perkenaannya pada punggung kaki. Tendangan ini bisa dilakukan/dilaksanakan dengan posisi kaki berada di depan maupun di belakang dan dapat pula divariasikan dengan lompatan.

c. Tendangan ”T”
Merupakan tendangan yang dilaksanakan dengan posisi dari tubuh menyamping dan lintasan tendangan lurus ke samping. Perkenaan tendangan T yaitu sisi bagian tajam telapak kaki, telapak kaki, dan tumit. Terdapat berbagai macam variasi dalam pelaksanaan tendangan ”T" ini, misalnya ”T” jepret, ”T” gantung, dan ”T” lompat.

d. Tendangan jejag
Merupakan tendangan yang dilakukan dengan posisi dari tubuh tegak dan arah lintasan lurus ke depan, perkenaan pada tendangan jejeg yaitu tumit. Sekilas tendangan jejeg mirip dengan tendangan depan, tertapi terdapat perbedaan dalam pelaksanaannya. Apabila pada tendangan depan dilaksanakan dengan melecutkan tungkai ke depan (seperti gerakan menusuk), sedangkan untuk tendangan jejag dilaskanakan dengan terlebih dahulu mengangkat lutut setinggi mungkin lalu mendorong tungkai ke depan sasaran.

e. Tendangan belakang
Merupakan tendangan yang dilaskanakan dengan cara terlebih dahulu memutar tubuh dan sikap tubuh membelakangi lawan. Perkenaan pada tendangan belakang yaitu telapak kaki atau tumit.

f. Tendangan gajul
Perkenaan tendangan gajul yaitu pada tumit, sedangkan arah lintasannya yaitu dari arah atas ke bawah.

3. Tangkapan

Yang dimaksud tangkapan dalam pencak silat yaitu teknik dan taktik serangan pada jarak dekat dan sedang yang dilakuakn dengan cara menangkap salah satu komponen tubuh lawan dan selanjutnya dilakukan bantingan, jatuhan, dan kuncian. Dari sisi tekniknya, tangkapan bisa dilakukan dari luar dan dari dalam. Tangkapan dari dalam disebut tangkapan dalam dan tangkapan dari luar disebut tangkapan luar.

4. Jatuhan

Pengertian jatuhan dalam pencak silat adalah teknik dan taktik serangan pada jarak jauh dan sedang yang dilakukan dengan memakai tungkai atau kaki untuk dapat menjatuhkan lawan. Teknik jatuhan pada pencak silat biasanya disebut sebagai teknik sapuan. Teknik jatuhan bisa dibedakan menjadi lima macam, antara lain: a). Sapuan tegak, yaitu cara menjatuhkan lawan yang dlakukan dengan memakai tungkai yang disapukan dalam posisi tegak ke kaki lawan. b). Sapuan rebah, yaitu teknik menjatuhkan lawan yang dilakukan dengan memakai tungkai yang disapukan dalam posisi rebah ke kaki lawan. c). Besetan, yaitu cara menjatuhkan lawan yang dilakukan dengan memakai kaki atau tungkai yang dikaitkan ke kaki lawan. d). Guntingan, yaitu teknik menjatuhkan lawan yang dilakukan dengan cara menjepitkan kedua tungkai pada bagian tubuh yang disahkan untuk diserang. e). Sabetan, adalah cara menjatuhkan lawan dengan perkenaan yaitu pada tulang kering ke sasaran betis dengan arah lintasan dari luar ke dalam.

5. Bantingan

Pengertian bantingan pada pencak silat adalah teknik dan taktik serangan pada jarak dekat yang dilakukan dengan cara terlebih dahulu menangkap salah satu organ tubuh lawan yang kemudian dilakukan dorongan atau tarikan, kemudian dihempaskan. Jika dilihat dari sisi titik tumpu penyangganya, maka bantingan dapat dilakukan dengan memakai sekurang-kurangnya dengan menggunakan empat macam teknik, antara lain: a).bantingan tungkai, b).bantingan pinggul, c).bantingan punggung, dan d).bantingan kaki.

Aturan pencak silat

Berikut ini aturan-aturan dalam pertandingan olahraga pencak silat.

1. Ketentuan Bertanding Kategori Tanding

a. Perlengkapan bertanding pencak silat
Perlengkapan yang dipakai pesilat pada saat bertanding, antara lain:
  • Pakaian; pakaian yang digunakan seorang pesilat adalah memakai pakaian pencak silat model standar warna hitam sabuk putih. Pada saat bertanding sabuk putih dilepaskan. Badge badan induk di dada sebelah kiri dan nama negara di bagian punggung. Seorang pesilat tidak diperkanankan memakai aksesori apa pun selain pakaian silat. 
  • Perlindungan badan dengan ketentuan sebagai berikut: kualitasnya standar pesilat, warna hitam, terdapat empat macam ukuran (ekstra besar, besar, sedang, dan kecil), sabuk/bengkung merah dan biru untuk pesilat sebagai tanda pengenal sudut, satu gelanggang membutuhkan setidaknya 5 buah pelindung dari setiap ukuran, disediakan oleh komite pelaksana. 
  • Pesilat putra memakai pelindung kemaluan dari plastik yang telah dipersiapkan oleh komite pelaksana, sedangkan untuk pesilat putri memakai pembalut. 
  • Pelindung sendi atau pelapis ukuran tipis tanpa bagian yang tebal bertujuan yaitu untuk melindungi cedera sesuai dengan fungsinya (lutut, pergelangan tangan/ kaki, siku), kecuali atas arahan dokter. Disediakan oleh pesilat.
b. Tahapan pertandingan
Pertandingan pada pencak silat menggunakan tahapan babak pertandingan, yaitu dengan diawali dari tahapan penyisihan, seperempat final, semifinal, dan final, tergantung dari jumlah peserta pertandingan yang mengikutinya, dan berlaku untuk semua kelas.

c. Babak pertandingan dan waktu
Babak dan waktu dalam pertandingan pencak silat yaitu: 1). pertandingan pencak silat berlangsung dalam tiga babak. 2). setiiap babak terdiri dari dua menit bersih. 3). di antara babak akan diberikan waktu untuk istirahat selama satu menit. 4). waktu pada saat wasit menghentikan pertandingan tidak termasuk dalam waktu bertanding. 5). penghitungan terhadap pesilat yang jatuh oleh sebab serangan yang sah tidak termasuk dalam waktu bertanding.

d. Pendamping pesilat
Bagi pesilat yang akan melakukan pertandingan harus mempunyai pendamping-pendamping. Khusus untuk kategori tanding, didampingi oleh pendamping pesilat sebanyak-banyaknya adalah dua orang yang betul-betul memahami secara baik semua ketentuan dan peraturan pertandingan pencak silat. Pakaian pendamping pesilat adalah pakaian pencak silat model standar warna hitam dan juga mengenakan sabuk/bengkung warna oranye dengan lebar 10 cm dengan badge badan nasional di dada sebelah kiri dan nama daerah/negara pada bagian punggung. Pendamping pesilat mempunyai tugas yaitu memberikan nasihat serta membantu kebutuhan pesilat pada waktu sebelum bertanding dan dalam waktu istirahat di antara babak. Pendamping pesilat tidak diperkenankan/diperbolehkan antara lain a).memberikan isyarat/ aba-aba dengan menggunakan suara kepada pesilatnya yang sedang menjalankan pertandingan di gelanggang, b).duduk atau berdiri dengan sikap yang tidak sopan, c).melakukan tindakan atau gerakan yang terlalu berlebihan dalam mengembalikan kesegaran pesilat pada saat istirahat.

2. Tata Cara dan Peraturan Pertandingan

a. Tata cara pertandingan
Tata cara pertandingan pencak silat meliputi.
  • Pesilat boleh bertanding sesudah wasit telah memberi isyarat, kedua pesilat memberi hormat kepada wasit dan kepada ketua pertandingan, selanjutnya kedua pesilat kembali ke sudut.
  • Wasit memanggil kedua pesilat, kemudaian kedua pesilat melakukan jabat tangan.
  • Wasit memeriksa atas kesiapan semua petugas, kemudian akan memberi aba-aba tanda bahwa pertandingan dimulai.
  • Pada saat istirahat antarbabak, pesilat harus kembali menuju ke sudut masing - masing.
b. Aturan bertanding
Aturan bertanding dalam pertandingan pencak silat yaitu:
  • Posisi pesilat saling berhadapan dengan unsur pembelaan dan serangan sesuai dengan teknik dasar dan mematuhi larangan serta menurut kaidah-kaidah, yaitu sikap pasang kuda-kuda, langkah mengukur jarak terhadap lawan, dan koordinasi serangan/ pembelaan serta kembali ke sikap pasang kuda-kuda.
  • Pembelaan & sikap serangan yang dilakukan harus mempunyai pola dari sikap awal/pasang kuda-kuda, dan langkah.
  • Serangan beruntun harus tersusun dengan teratur dan berangkai dengan berbagai cara ke arah sasaran sebanyak-banyaknya empat jurus serangan.
  • Perlengkapan, memakai pakaian silat, pelindung badan (body protector).
c. Pada awal gerakan pencak silat diawali dengan berdoa, sikap siap, salam hormat, sikap jabat tangan, sikap duduk dalam pertandingan silat
  • Gerakan berdoa : pesilat berdiri dengan posisi kedua tangan di samping, kemudian tundukkan kepala atau, berdiri dengan kedua tangan diangkat ke atas sambil menundukkan kepala.
  • Sikap siap : badan tegap, kedua tangan dan kaki berdiri dengan posisi tegap, kepala ditegakkan pandangan ke depan.
  • Salam hormat : sikap berdiri dengan posisi tegak, angkat kedua lengan, kemudian telapak tangan dipertemukan di depan dada, tundukkan kepala.
  • Sikap jabat tangan : tangan kanan menjulurkan ke arah depan, tangan kiri dijulurkan ke depan dada, kaki kiri diserongkan ke kiri depan, kepala ditundukkan.
  • Sikap duduk sila : sikap duduk, kedua kaki ditekuk dan silang, kedua tangan di atas lutut, andangan ke depan.
  • Sikap duduk timpuh/ simpuh : kedua kaki ditekuk/punggung telapak kaki menempel pada lantai, duduk di atas kaki, kedua tangan di atas paha, pandangan ke depan.

Kamis, 19 Maret 2020

Tolak Peluru


   1. Pengertian Tolak Peluru
Tolak peluru adalah salah satu cabang olahraga melempar dalam atletik dimana sang atlet akan melemparkan sebuah bola besi sejauh mungkin dari titik lempar menuju titik pendaratan dengan menggunakan teknik tertentu dan aturan main yang telah ditetapkan.
Olahraga tolak peluru bisa dilakukan di lapangan indoor ataupun outdoor.
Sebagai salah satu olah raga cabang lempar, tolak peluru merupakan satu-satunya yang bisa dilakukan di lapangan indoor karena tidak seperti lempar cakram misalnya, tolak peluru tak membutuhkan area pendaratan peluru yang luas, karena sejauh ini belum ada atlet yang sanggup melempar hingga melebihi jarak 25 meter.
Tolak peluru merupakan salah satu olah raga berat yang tidak bisa dilakuka sembarangan, meski olah raga ini terkesan sepele, yakni hanya melakukan tolakan bola besi dan selesai.
Rata-rata para juara dunia baik untuk kelas laki-laki atau perempuan, memiliki postur tubuh yang besar dan memiliki energi kuat untuk melakukan tolakan meski banyak juga atlet tolak peluru yang memiliki postur tubuh sedang.
Faktor penentu dalam tolak peluru secara umum ada 2, yakni teknik dan postur tubuh atlet.
Memang tak bisa dipungkiri bahwa atlet berbadan besar cenderung memiliki energi besar dan cocok untuk olah raga ini, namun bukan berarti atlet bertubuh sedang atau bertubuh kecil tidak bisa melakukannya, asalkan tolak peluru ini dilakukan dengan teknik yang baik serta dilakukan dengan energi besar (soal energi bisa dilatih tanpa harus selalu berkaitan dengan ukuran tubuh), maka hasil tolakan akan juga jauh.

   2. Sejarah Tolak Peluru

Tolak peluru merupakan olah raga yang telah ada sejak zaman Yunani kuno, hanya saja pada waktu itu bentuk dan tata cara olahraga ini tentu saja berbeda.
Menurut Homer, pada waktu itu olahraga tolak peluru bernama lempar beban (weight trowing).
Hanya saja tak ada catatan sejarah mengenai bentuk atau bahkan jenis beban persisnya (yang bisa ditelusuri dari data sejarah yang ada hanyalah lempar batu) yang dipergunakan pada waktu itu.
Namun demikian, olah raga ini merupakan salah satu jenis latihan perang yang dilakukan oleh para prajurit Troya yang kemudian dipertandingkan.
Sekali lagi, kompetisi ini tidak bisa dilacak jejaknya. Salah satu jejak yang bisa ditemukan dalam olah raga lempar beban tersebut adalah kompetisi yang diadakan di Skotlandia pada abad ke 1.
Pada abad ke 16 di Inggris, Raja Henry ke VIII juga menyelenggarakan pertandingan yang serupa, yakni lempar beban dan lempar palu.
ompetisi pertama yang bentuknya mendekati tolak peluru masa kini adalah kompetisi pada era pertengahan di mana kompetisi yang diselenggarakan oleh kalangan militer ini diikuti oleh para prajurit yang melemparkan bola besi sejauh mungkin dari titik tolak.
Kompetisi tolak peluru yang pertama kali terdokumentasikan adalah kompetisi di Skotlandia sebagai salah satu bagian dari The British Amateur Championships pada tahun 1866.
Sejak saat itu olah raga ini mulai digemari khususnya di negara-negara Eropa dan menjadi salah satu nomor atletik yang dipertandingkan dalam olimpiade modern pertama di Yunani pada tahun 1896.

   3. Gaya Tolak Peluru

Dalam olah raga tolak peluru, ada tiga gaya yang pernah digunakan dalam pertandingan, yakni gaya Klasik, Gaya Glide (meluncur) dan gaya spin (berputar).
Dari ketiga gaya tersebut, hanya gaya meluncur dan berputar saja yang masih dipergunakan hingga saat ini. Berikut penjelasan selengkapnya:

A. Gaya Klasik (samping)

Gaya ini merupakan gaya yang paling tua dan tidak diketahui siapa penemunya.
Gaya ini merupakan gaya tolak peluru yang menggunakan awalan menyamping, yakni atlet menghadap kesamping dalam posisi siap sebelum mulai menolak peluru.
Pada gaya ini, peluru mula-mula dipegang dengan dua tangan, tangan kanan menyangga peluru di atas bahu, dan tangan kiri memegang atau menjaga peluru bagian atas.
Namun peluru tersebut nantinya tetap akan dilempar dengan menggunakan satu tangan, yakni tangan kanan.

B. Gaya Glide (meluncur)

Gaya ini pertamakalinya dirilis pada tahun 1951 dan pertamakali dipergunakan oleh Parry O’Brien dari Amerika Serikat.
Berbeda dengan gaya samping, pada gaya ini atlet akan melakukan setengah putaran terlebih dahulu sebelum melontarkan peluru.
Pada gaya ini, atlet akan menghadap ke belakang pada persiapan awalnya, lalu mendorong tubuhnya ke arah belakang untuk kemudian segera menghadap depan dan melontarkan peluru.
Lemparan terjauh dengan menggunakan gaya ini adalah lemparan milik Ulf Timmermann (Jerman Timur) dengan jarak lempar sejauh 23.06 meter.

C. Gaya Spin (berputar)

Gaya ini pertamakali d rilis pada tahun 1972 oleh Aleksandr Baryshnikov dari Rusia yang berhasil membuat rekor baru untuk nomor putra dengan jarak lempar 22 meter di tahun itu.
Pada gaya ini, atlet akan melakukan putaran 360 derajad sebelum melakukan lemparan.
Gaya berputar ini diharapkan mampu memberikan momentum terbaik untuk melempar peluru sejauh-jauhnya.
Gaya ini merupaka gaya yang paling sulit dalam tolak peluru karena atlet tak hanya fokus pada kekuatan tolakan, namun juga harus menguasai teknik berputar dengan baik.
Jika sedikti saja atlet melakukan kesalahan dalam putaran, maka hasilkan akan buruk dan bahkan bisa berujung pada kegagalan.
Atlet terbaik dalam tolak peluru yang memecahkan rekor baru dengan gaya ini adalah Randy Brandes yang berhasil melempar dengan jarak 23.12 meter.

  4. Teknik Tolak Peluru

Teknik terpenting dalam tolak peluru terletak dalam gaya untuk melakukan tolakan.
Posisi jari dalam memegang peluru tidaklah terlalu penting. Peluru bisa dipegang dengan posisi jari senyaman mungkin agar bisa menahan bola saat tolakan. Sementara itu, pada posisi awal peluru akan stabil karena selalu menempel pada leher.
Berikut ini uraian teknik mulai dari persiapan awal hingga melakukan tolakan dengan menggunakan dua gaya, yakni gaya glide dan spin:

A. Teknik Tolak Peluru Gaya Glide (meluncur)

Posisi awal pada gaya ini adalah dengan menghadapkan tubuh ke arah belakang membelakangi sektor pendaratan, memegang peluru dengan tangan kanan, lalu menempelkan peluru tersebut dengan leher sehingga kepala menjadi miring ke kanan menyesuaikan posisi peluru.
Teknik yang diperlukan menyesuaikan kenyamanan atlet dalam melakukan hal ini.
Setelah itu posisi badan agak menunduk ke bawah condong ke sisi kanan sehingga posisi bahu kiri lebih tinggi.
Kaki kanan di tekuk sedikit untuk memberikan daya tolakan, dan kaki kiri di tempatkan ke belakang, bisa lurus atau sedikit tertekuk dengan ujung kaki menyentuh lantai.
Selanjutnya saat hendak melakukan luncuran 180 derajad, badan dicondongkan sedikit ke depan sehingga ujung kaki kiri bisa terangkat dari lantai, kemudian kaki kanan melakukan tolakan dan kaki kiri terdorong hingga ke balok batas lempar.
Pada momen tersebut tubuh bersamaan berputar mengarah ke depan dan tangan kanan melakukan tolakan peluru sekuat-kuatnya.
Ketika tangan kanan mulai melakukan tolakan, geserlah posisi kepala sehingga tidak menghalangi lajunya peluru mengarah ke sektor pendaratan.
Jika atlet tersebut kidal, maka yang dilakukan adalah gerakan dengan menggunakan bagian tubuh sebaliknya dengan cara yang sama.

B. Teknik Tolak Peluru Gaya Spin (berputar)

Awalan dilakukan sebagaimana gaya glide, yakni atlet menghadap ke belakang, tangan kanan memegang peluru dan menempelkannya di leher. Tubuh tegak dengan kepala miring.
Posisi kedua kaki mula-mula di tempatkan sejajar. Lalu pada gerakan pertama, kaki kiri menjadi tumpuan agar kaki kanan bisa diayunkan menuju tengah lingkaran.
Ayunkan kaki kanan menuju area tengah lingkaran dengan hasil akhir posisi kaki kanan masih membelakangi area pendaratan dan bersiap menjadi poros.
Sebelum kaki kanan menapak tengah lingkaran, kaki kiri yang semula menjadi poros kini diangkat dan diayunkan dengan gerakan melingkar sehingga nantinya kaki kananlah yang berperan menjadi poros akhir bagi putaran tubuh.
Kaki kiri akan di tapakkan di belakan kaki kanan sejajar dengan jarak sebahu lebih sedikit dan posisi tubuh berubah menjadi agak serong mengarah ke samping-belakang.
Seketika setelah kaki kiri jatuh, tubuh dihadapkan ke depan bersamaan dengan tangan kanan melakukan tolakan peluru dengan kekuatan penuh ke arah depan dengan diikuti putaran tumit, lutut, pinggul dan dada ke arah depan untuk memberikan tambahan daya dorong.
Setelah peluru terlempar, kemugkinan tubuh masih berputar sebagai efek dari energi yang dilepaskan membentuk garis putaran tubuh.

  5. Peraturan Tolak Peluru

Dalam olahraga tolak peluru, ada beberapa aturan yang tidak boleh dilanggar oleh peserta. Berikut ini merupakan 9 point peraturan tolak peluru:
1.      Atlet boleh memasuki lingkaran tolakan dari arah mana saja. Biasanya para atlet memilih untuk masuk lingkaran dari sisi belakang dan samping.
2.      Atlet tolak peluru hanya memiliki waktu 60 detik untuk menyelesaikan pertandingan setelah namanya dipanggil.
3.      Atlet tidak diperkenankan menggunakan sarung tangan, namun masih boleh menggunakan pelindung ruas jari (taping) selama pertandingan.
4.      Atlet harus menahan peluru dengan menggunakan lehernya selama ia melakukan gerakan untuk tolakan.
5.      Peluru harus dilontarkan hanya dengan menggunakan satu tangan dengan posisi lebih tinggi dari bahu.
6.      Atlet hanya boleh melakukan gerakan tolakan di dalam lingkaran saja, ia menyentuhkan kakinya sedikit saja di luar batas lingkaran, maka ia dinyatakan diskualifikasi.
7.      Peluru harus mendarat pada sektor area pendaratan yang disediakan (34.92 dejarad).
8.      Atlet harus meninggalkan lingkaran setelah melakukan lemparan hanya dengan melewati sisi lingkaran bagian belakang.
9.      Atlet hanya boleh meninggalkan lingkaran setelah peluru mendarat.
Lapangan Tolak Peluru

via pinterest.com
Lapangan tolak peluru sangat mirip dengan lapangan lempar cakram, namun bisa dibedakan dari adanya papan batas tolakan yang terdapat pada lingkaran tolak peluru.
Bentuk utuh dari lapangan tolak peluru bisa dilihat pada gambar yang paling kanan, sementara detail ukuran lapangan bisa dilihat pada gambar tengah sebagaimana akan diperjelas pada poin-poin berikut ini:
1.      Lapangan tolak peluru terbagi menjadi dua, yakni sektor pendaratan dan lingkaran tolakan.
2.      Sektor pendaratan berupa tanah yang ditandai dengan garis batas (sector line) sekaligus garis ukur standard yang berada di tengah area sektor pendaratan. Panjang dari sektor ini minimal 25 meter dengan sudut 40 derajad.
3.      Lingkaran tolakan memiliki diameter 2,235 meter yang dikelilingi dengan ring besi dengan ketebalan 66 mm dan tinggi 2 cm yang berfungsi sebagai batas lingkaran. Pada bagian depan lingkaran ini dipasang balok batas tolakan dengan ukuran panjang 1,22 meter setinggi 10 cm dengan ketebalan11,4 cm.

6. Peralatan Tolak Peluru

Selain lapangan tolak peluru seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, peralatan lain yang dipergunakan dalam pertandingan tolak peluru adalah:
1.      Alat pengukur
2.      Bendera
3.      Peluit
4.      Bola besi/peluru dengan ketentuan sebagai berikut:
·         Besar bola menyesuaikan dengan jenis lapangan, biasanya lapangan indor akan menggunakan bola dengan ukuran sedikit lebih besar dari outdoor dan tentunya bola tersebut dibuat dengan bahan yang berbeda asalkan beratnya sama. Peluru ini bisa dibuat dari bahan berupa pasir, besi, logam solid, stainless steel, material sintetis dan polyvinyl.
·         Bola besi/peluru untuk senior putra dengan berat 7.257 Kg
·         Bola besi/peluru untuk senior putri dengan berat 4 Kg
·         Bola besi/peluru untuk junior putra dengan berat 5 Kg
·         Bola besi/peluru untuk junior putri dengan berat 3 Kg