1. Pengertian Tolak Peluru
Tolak peluru adalah salah satu
cabang olahraga melempar dalam atletik dimana sang atlet akan melemparkan
sebuah bola besi sejauh mungkin dari titik lempar menuju titik pendaratan
dengan menggunakan teknik tertentu dan aturan main yang telah ditetapkan.
Olahraga tolak peluru bisa dilakukan di lapangan indoor ataupun outdoor.
Sebagai salah satu olah raga
cabang lempar, tolak peluru merupakan satu-satunya yang bisa dilakukan di
lapangan indoor karena tidak seperti lempar cakram misalnya, tolak peluru tak
membutuhkan area pendaratan peluru yang luas, karena sejauh ini belum ada atlet
yang sanggup melempar hingga melebihi jarak 25 meter.
Tolak peluru merupakan salah satu olah raga berat yang tidak bisa dilakuka
sembarangan, meski olah raga ini terkesan sepele, yakni hanya melakukan tolakan
bola besi dan selesai.
Rata-rata para juara dunia baik untuk kelas laki-laki atau perempuan,
memiliki postur tubuh yang besar dan memiliki energi kuat untuk melakukan
tolakan meski banyak juga atlet tolak peluru yang memiliki postur tubuh sedang.
Faktor penentu dalam tolak peluru secara umum ada 2, yakni teknik dan
postur tubuh atlet.
Memang tak bisa dipungkiri bahwa atlet berbadan besar cenderung memiliki
energi besar dan cocok untuk olah raga ini, namun bukan berarti atlet bertubuh
sedang atau bertubuh kecil tidak bisa melakukannya, asalkan tolak peluru ini
dilakukan dengan teknik yang baik serta dilakukan dengan energi besar (soal
energi bisa dilatih tanpa harus selalu berkaitan dengan ukuran tubuh), maka
hasil tolakan akan juga jauh.
2. Sejarah Tolak Peluru
Tolak peluru merupakan olah
raga yang telah ada sejak zaman Yunani kuno, hanya saja pada waktu itu bentuk
dan tata cara olahraga ini tentu saja berbeda.
Menurut Homer, pada waktu itu olahraga tolak peluru bernama lempar beban
(weight trowing).
Hanya saja tak ada catatan sejarah mengenai bentuk atau bahkan jenis beban
persisnya (yang bisa ditelusuri dari data sejarah yang ada hanyalah lempar
batu) yang dipergunakan pada waktu itu.
Namun demikian, olah raga ini merupakan salah satu jenis latihan perang
yang dilakukan oleh para prajurit Troya yang kemudian dipertandingkan.
Sekali lagi, kompetisi ini tidak bisa dilacak jejaknya. Salah satu jejak
yang bisa ditemukan dalam olah raga lempar beban tersebut adalah kompetisi yang
diadakan di Skotlandia pada abad ke 1.
Pada abad ke 16 di Inggris, Raja Henry ke VIII juga menyelenggarakan
pertandingan yang serupa, yakni lempar beban dan lempar palu.
ompetisi pertama yang
bentuknya mendekati tolak peluru masa kini adalah kompetisi pada era
pertengahan di mana kompetisi yang diselenggarakan oleh kalangan militer ini
diikuti oleh para prajurit yang melemparkan bola besi sejauh mungkin dari titik
tolak.
Kompetisi tolak peluru yang pertama kali terdokumentasikan adalah
kompetisi di Skotlandia sebagai salah satu bagian dari The British Amateur
Championships pada tahun 1866.
Sejak saat itu olah raga ini mulai digemari khususnya di negara-negara
Eropa dan menjadi salah satu nomor atletik yang dipertandingkan dalam olimpiade
modern pertama di Yunani pada tahun 1896.
3.
Gaya Tolak Peluru
Dalam olah raga tolak peluru,
ada tiga gaya yang pernah digunakan dalam pertandingan, yakni gaya Klasik, Gaya
Glide (meluncur) dan gaya spin (berputar).
Dari ketiga gaya tersebut, hanya gaya meluncur dan berputar saja yang
masih dipergunakan hingga saat ini. Berikut penjelasan selengkapnya:
A. Gaya
Klasik (samping)
Gaya ini
merupakan gaya yang paling tua dan tidak diketahui siapa penemunya.
Gaya ini
merupakan gaya tolak peluru yang menggunakan awalan menyamping, yakni atlet
menghadap kesamping dalam posisi siap sebelum mulai menolak peluru.
Pada gaya ini,
peluru mula-mula dipegang dengan dua tangan, tangan kanan menyangga peluru di
atas bahu, dan tangan kiri memegang atau menjaga peluru bagian atas.
Namun peluru
tersebut nantinya tetap akan dilempar dengan menggunakan satu tangan, yakni
tangan kanan.
B. Gaya
Glide (meluncur)
Gaya ini
pertamakalinya dirilis pada tahun 1951 dan pertamakali dipergunakan oleh Parry
O’Brien dari Amerika Serikat.
Berbeda dengan
gaya samping, pada gaya ini atlet akan melakukan setengah putaran terlebih
dahulu sebelum melontarkan peluru.
Pada gaya ini,
atlet akan menghadap ke belakang pada persiapan awalnya, lalu mendorong
tubuhnya ke arah belakang untuk kemudian segera menghadap depan dan melontarkan
peluru.
Lemparan terjauh
dengan menggunakan gaya ini adalah lemparan milik Ulf Timmermann (Jerman Timur)
dengan jarak lempar sejauh 23.06 meter.
C. Gaya
Spin (berputar)
Gaya ini pertamakali d rilis
pada tahun 1972 oleh Aleksandr Baryshnikov dari Rusia yang berhasil membuat
rekor baru untuk nomor putra dengan jarak lempar 22 meter di tahun itu.
Pada gaya ini, atlet akan
melakukan putaran 360 derajad sebelum melakukan lemparan.
Gaya berputar ini diharapkan
mampu memberikan momentum terbaik untuk melempar peluru sejauh-jauhnya.
Gaya ini merupaka gaya yang
paling sulit dalam tolak peluru karena atlet tak hanya fokus pada kekuatan
tolakan, namun juga harus menguasai teknik berputar dengan baik.
Jika sedikti saja atlet
melakukan kesalahan dalam putaran, maka hasilkan akan buruk dan bahkan bisa
berujung pada kegagalan.
Atlet terbaik dalam tolak
peluru yang memecahkan rekor baru dengan gaya ini adalah Randy Brandes yang
berhasil melempar dengan jarak 23.12 meter.
4.
Teknik Tolak Peluru
Teknik terpenting dalam tolak
peluru terletak dalam gaya untuk melakukan tolakan.
Posisi jari dalam memegang peluru tidaklah terlalu penting. Peluru bisa
dipegang dengan posisi jari senyaman mungkin agar bisa menahan bola saat
tolakan. Sementara itu, pada posisi awal peluru akan stabil karena selalu
menempel pada leher.
Berikut ini uraian teknik mulai dari persiapan awal hingga melakukan
tolakan dengan menggunakan dua gaya, yakni gaya glide dan spin:
A. Teknik
Tolak Peluru Gaya Glide (meluncur)
Posisi awal
pada gaya ini adalah dengan menghadapkan tubuh ke arah belakang membelakangi
sektor pendaratan, memegang peluru dengan tangan kanan, lalu menempelkan peluru
tersebut dengan leher sehingga kepala menjadi miring ke kanan menyesuaikan
posisi peluru.
Teknik yang diperlukan
menyesuaikan kenyamanan atlet dalam melakukan hal ini.
Setelah itu posisi badan agak
menunduk ke bawah condong ke sisi kanan sehingga posisi bahu kiri lebih tinggi.
Kaki kanan di tekuk sedikit
untuk memberikan daya tolakan, dan kaki kiri di tempatkan ke belakang, bisa
lurus atau sedikit tertekuk dengan ujung kaki menyentuh lantai.
Selanjutnya saat hendak
melakukan luncuran 180 derajad, badan dicondongkan sedikit ke depan sehingga
ujung kaki kiri bisa terangkat dari lantai, kemudian kaki kanan melakukan
tolakan dan kaki kiri terdorong hingga ke balok batas lempar.
Pada momen tersebut tubuh
bersamaan berputar mengarah ke depan dan tangan kanan melakukan tolakan peluru
sekuat-kuatnya.
Ketika tangan kanan mulai
melakukan tolakan, geserlah posisi kepala sehingga tidak menghalangi lajunya
peluru mengarah ke sektor pendaratan.
Jika atlet tersebut kidal,
maka yang dilakukan adalah gerakan dengan menggunakan bagian tubuh sebaliknya
dengan cara yang sama.
B. Teknik Tolak Peluru Gaya Spin (berputar)
Awalan
dilakukan sebagaimana gaya glide, yakni atlet menghadap ke belakang, tangan
kanan memegang peluru dan menempelkannya di leher. Tubuh tegak dengan kepala
miring.
Posisi kedua kaki mula-mula di
tempatkan sejajar. Lalu pada gerakan pertama, kaki kiri menjadi tumpuan agar
kaki kanan bisa diayunkan menuju tengah lingkaran.
Ayunkan kaki kanan menuju area
tengah lingkaran dengan hasil akhir posisi kaki kanan masih membelakangi area
pendaratan dan bersiap menjadi poros.
Sebelum kaki kanan menapak
tengah lingkaran, kaki kiri yang semula menjadi poros kini diangkat dan
diayunkan dengan gerakan melingkar sehingga nantinya kaki kananlah yang
berperan menjadi poros akhir bagi putaran tubuh.
Kaki kiri akan di tapakkan di
belakan kaki kanan sejajar dengan jarak sebahu lebih sedikit dan posisi tubuh
berubah menjadi agak serong mengarah ke samping-belakang.
Seketika setelah kaki kiri
jatuh, tubuh dihadapkan ke depan bersamaan dengan tangan kanan melakukan
tolakan peluru dengan kekuatan penuh ke arah depan dengan diikuti putaran
tumit, lutut, pinggul dan dada ke arah depan untuk memberikan tambahan daya
dorong.
Setelah peluru terlempar,
kemugkinan tubuh masih berputar sebagai efek dari energi yang dilepaskan
membentuk garis putaran tubuh.
5.
Peraturan Tolak Peluru
Dalam olahraga tolak peluru, ada beberapa aturan yang tidak
boleh dilanggar oleh peserta. Berikut ini merupakan 9 point peraturan tolak
peluru:
1.
Atlet boleh memasuki lingkaran tolakan dari arah mana saja.
Biasanya para atlet memilih untuk masuk lingkaran dari sisi belakang dan
samping.
2.
Atlet tolak peluru hanya memiliki waktu 60 detik untuk
menyelesaikan pertandingan setelah namanya dipanggil.
3.
Atlet tidak diperkenankan menggunakan sarung tangan, namun
masih boleh menggunakan pelindung ruas jari (taping) selama pertandingan.
4.
Atlet harus menahan peluru dengan menggunakan lehernya
selama ia melakukan gerakan untuk tolakan.
5.
Peluru harus dilontarkan hanya dengan menggunakan satu
tangan dengan posisi lebih tinggi dari bahu.
6.
Atlet hanya boleh melakukan gerakan tolakan di dalam
lingkaran saja, ia menyentuhkan kakinya sedikit saja di luar batas lingkaran,
maka ia dinyatakan diskualifikasi.
7.
Peluru harus mendarat pada sektor area pendaratan yang
disediakan (34.92 dejarad).
8.
Atlet harus meninggalkan lingkaran setelah melakukan
lemparan hanya dengan melewati sisi lingkaran bagian belakang.
9.
Atlet hanya boleh meninggalkan lingkaran setelah peluru
mendarat.
Lapangan Tolak Peluru
via pinterest.com
Lapangan tolak peluru sangat mirip dengan lapangan lempar cakram,
namun bisa dibedakan dari adanya papan batas tolakan yang terdapat pada
lingkaran tolak peluru.
Bentuk utuh dari lapangan tolak peluru bisa dilihat pada
gambar yang paling kanan, sementara detail ukuran lapangan bisa dilihat pada
gambar tengah sebagaimana akan diperjelas pada poin-poin berikut ini:
1.
Lapangan tolak peluru terbagi menjadi dua, yakni sektor
pendaratan dan lingkaran tolakan.
2.
Sektor pendaratan berupa tanah yang ditandai dengan garis
batas (sector line) sekaligus garis ukur standard yang berada di tengah area
sektor pendaratan. Panjang dari sektor ini minimal 25 meter dengan sudut 40
derajad.
3.
Lingkaran tolakan memiliki diameter 2,235 meter yang
dikelilingi dengan ring besi dengan ketebalan 66 mm dan tinggi 2 cm yang
berfungsi sebagai batas lingkaran. Pada bagian depan lingkaran ini dipasang
balok batas tolakan dengan ukuran panjang 1,22 meter setinggi 10 cm dengan
ketebalan11,4 cm.
6.
Peralatan Tolak Peluru
Selain lapangan tolak peluru seperti yang telah dijelaskan
pada bagian sebelumnya, peralatan lain yang dipergunakan dalam pertandingan
tolak peluru adalah:
1.
Alat pengukur
2.
Bendera
3.
Peluit
4.
Bola besi/peluru dengan ketentuan sebagai berikut:
·
Besar bola menyesuaikan dengan jenis lapangan, biasanya
lapangan indor akan menggunakan bola dengan ukuran sedikit lebih besar dari
outdoor dan tentunya bola tersebut dibuat dengan bahan yang berbeda asalkan
beratnya sama. Peluru ini bisa dibuat dari bahan berupa pasir, besi, logam
solid, stainless steel, material sintetis dan polyvinyl.
·
Bola besi/peluru untuk senior putra dengan berat 7.257 Kg
·
Bola besi/peluru untuk senior putri dengan berat 4 Kg
·
Bola besi/peluru untuk junior putra dengan berat 5 Kg
·
Bola besi/peluru untuk junior putri dengan berat 3 Kg